Rabu, 10 Desember 2014

( Cerpen Pelajar ) Kado Untuk Ibu Guruku

Pagi ini cuaca betul- betul bersahabat  sekali dengan alam. Burung- burung menari dan menyanyi ditemani ranting- ranting yang menyambut dengan mesra. Harmoni alam tampak indah sekali angin berbisik mesra mengantarkan salam hangat dari raja siang. Dan semesta rayapun menyambut dengan suka cita. Tak terkecuali bidadari yang dengan ringan dan bersemangat mulai menyambut pagi dengan semangat membara menuju bangku sekolah. Ya tampak anak-anak yang mulai beranjak remaja sedang bergurau sambil sesekali berlarian diantara segarnya udara pagi itu.

Tet.............Tet...........Tet............Bel berteriak memanggil anak-anak menandakan bahwa jam pelajaran segera dimulai. Anak- anakpun segera  meninggalkan arena permaianan mereka segera membentuk barisan di kelas masing- masing. Demikian juga kelas VIII A. Mereka telah membentuk barisan secara rapi. Sesaat kemudian Ibu Melati sampai di depan kelas. "Assalamualikum Wr Wb. Selamat pagi anak- anak. Sehat semua? Ya silahkan salah satu untuk memimpin do'a. Anak- anakpun segera berdoa. "Anak- anak siapa yang hari ini tidak masuk? Tanya bu Melati kepada murid- murid. "Toni bu" ,jawab Rendi."Kenapa Toni tidak masuk? Apakah dia sakit?, tanya bu Melati."Bukan dia yang sakit tapi kakanya yang sakit dan Toni harus menjaga kakaknya di RSU". jawab Raihan. "O ya kalau gitu sekarang kita lanjutkan pelajaran kita hari ini melanjutkan tentang biografi tokoh."Sampai di mana anak- anak?",Tanya bu Melati sambil membuka laptop yang dari tadi sudah diletakan di atas meja."Sampai biografi dari Ki Hajar Dewantara", Ika menjawab sambil mengacungkan jarinya."Oke selanjutnya kita melihat keistimewaan dari Ki Hajar Dewantara", Terang bu Melati. Bu Melati kemudian menerangkan panjang lebar mengenai Ki Hajar Dewantara. Anak- anak mendengarkan dengan seksama. Namun tiba- tiba dari baris belakang tiba- tiba ada bunyi praak. "Hai apa Itu? Kenapa ribut- ribut di belakang?", Tanya bu Melat." Ini Bu dari tadi Doni dan Rangga melempari saya dan Sinta dengan kertas terus Bu. Kami kan menjadi terganggu dan tidak konsentrasi dalam belajar bu", Jawab Ika lirih. "Ya kalau gitu kalian di depan biar yang bersebelahan dengan Doni dan Rangga Rendi saja yang ketua kelas. "Baik pelajaran kita lanjutkan kembali". Tet............... bel berteriak satu kali menandakan bahwa saatnya untuk ganti pelajaran. Setelah mengemasi laptop kemudian bu Melati memberi salam kepada anak- anak dan segera berlalu untuk menuju ke kelas yang lain.kemudian bu Melati beranjak meninggalkan kelas.

Bu Melati baru saja sampai di depan kantor sudah disambut oleh Bapak Kepala Sekolah, "Bu ini ada undangan dari MKKS untuk meneindak lanjuti tentang agenda kegiatan kemarin yaitu mengenai software raport. Biar acaranya sinkron dengan yang kemarin, karena ini juga merupakan tindak lanjut yang kemarin alangkah baiknya bila bu Melati saja yang berangkat mewakili sekolah ini" Jelas pak kepala sekolah. "Tapi gimana Pak saya hari ini jadwal mengajar saya penuh itu Pak", jawab bu Melati. "Udah anak-anak diberi tugas saja biar nanti dihandle oleh bu Sari, karena undangan ini juga penting sebagai media dalam menyusun raport di KUR 13 untuk kelas VII dan VIII", jawab bapak kepala sekolah. "Oya kalau begitu saya permisi dulu mau memberi tugas untuk kelas VIII dulu" jawab bu Melati sambil membawa buku pelajaran.

Baru saja bu Melati keluar dari kantor tiba- tiba dilihatnya siswa kelas VIII  yang baru saja dia tinggalkan ternyata anak- anaknya sudah berkerumun di Luar. Hati bu melati bagai tersayat- sayat sembilu dan teriris- iris perih, sakit tiada terkira dia langsung berlari dan berteriak." Doni  !!!!!!!!!!! Rendi !!!!!!!!!!!!. Apa yang kalian lakukan ? Kenapa ini terjadi? Sudah hentikan semua ini! Doni ayo berhenti!!!!!!!!!!! Rendi ayo Istifar! Istifar Ren kamu jangan kalap." Isakan bu Melati tidak lagi terbendung melihat anak-anaknya yaitu Doni dan Rendi berkelahi. Sontak semua guru yang ada di kelas dan guru yang ada di kantor berhamburan ke luar menuju tempat kerumunan anak-anak. Dengan tubuh gemetaran bu melati menarik Rendi dan merangkulnya menjauh dari kerumunan anak- anak. Sementara bu Sari membawa Doni kembali ke ruang kelas. 

"Ren kamu istifar, jangan kamu turuti emosimu ingatlah bahwa hal itu tidak baik. Kalau ada masalah nanti bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik" Kata bu Melati sambil membersihkan dengan air di sekujur  tubuh Rendi yang penuh dengan debu dan juga tanah yang becek akibat perkelahian tadi. Hatinya semakin sedih manakala dilihatnya tangan Rendi masih mengepal menandakan kalau setan masih bersemayam di hati Rendi. Segala cara, bujuk rayu dan nasihat iya ungkapakan agar kemarahan Rendi bisa mereda dan harapanya agar situasi bisa kembali seperti sebelumya yang selalu damai.
Murid - murid yang lain hanya terbengong- benggong melihat kejadian ini tanpa tahu harus bersikap bagaimana. Sejenak situasi sekolah menjadi ribut namun tiada beberpa lama situai mulai dapat dikendalikan. Masing masing siswa sudah masuk ke kelasnya masing- masing , situasi sudah berjalan seperti biasanya.
Kemudian bu Melati menghampiri Doni, " Don Ibu akan ke rumahmu hari ini. Ibu akan menyampaikan pada orang tuamu tentang kejadian ini. " Jangan bu Doni takut kalau sampai orang tuaku mengetahui kejadian ini. Nanti pasti orang tua saya terutama bapak akan memarahi saya habis habisan" Jawab Doni ketakutan."Ingat Doni kenakalan kamu bukan hanya ini saja. Banyak catatan buruk dari guru BK dan wali kelasmu tentang kenakalanmu. Tentang berapa kali kamu membolos, berapa kali kamu tidak mengerjakan tugas dan tidak mengikuti pelajaran. Dengar Doni, dengan atau tanpa kamu Ibu pasti akan ke rumahmu.Bagaimana? mau ikut atau tidak.

Setelah itu bu Melati berlalu meniggalkan kelas VIII dan mengadakan rapat dengan guru- guru juga dengan kepala Sekolah.Bagi mereka persoalan ini terlalu menyulitkan dan menyita perhatian yang serius, sebagai sekolah swasta yang kecil dengan murid yang hanya sedikit tentu kabar adanya perkelahian akan segera menyebar ke mana- mana   dan itu akan mencemari nama sekolah ini di mata masyarakat terutama dengan kaitanya jumlah peserta didik yang akan datang. Mereka khawatir situasi ini akan berlanjut ke perkelahian di luar sekolah. Mengingat usia mereka masih remaja denga kondisi yang masih labil sehingga mereka hanya mengedepankan ego saja tanpa mau koreksi diri sendiri. Di sela -sela rapat di kantor tiba- tiba ada yang mengetuk pintu."Assalamungalikum Pak, Bu, boleh kami masuk?"Tanya Doni dan Rendi serempak. "Boleh mari silahkan duduk." jawab bu Melati sambil menyodorkan kursi kepada Doni dan Rendi. "Begini bu kami berdua mau meminta maaf kepada semua bapak dan ibu guru di sini. Kami khilaf kami salah. Apapun hukuman yang akan bapak ibu berikan kami akan terima sebagai penebus kesalahan kami."Kata Doni sedang Rendi hanya menunduk saja. Kepala sekolah dan semua guru yang ada di kantor memandangi wajah kedua anak itu. Mereka menjadi terharu melihat kejujuran dan kepolosan anak-anak tersebut." ya sudah kami maafkan tapi lain kali jangan di ulangi lagi ya. Bapak ibu itu ndak akan meminta apa- apa dari kalian. Cukup bila kalian ini menjadi anak soleh dan solehah bisa menjaga nama baik sekolah menjaga martabat sekolah berakhlak karimah itu menjadi kado yang terindah untuk bapak dan ibu guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar